Senin, Agustus 03, 2009

Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ulama & Pengarang Tafsir al-Aisar

Syeikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi ialah seorang ulama Madinah terkenal yang mengajar di Universiti Islam Madinah. Beliau dilahirkan di Algeria pada tahun 1921. Ketika umurnya lebih kurang satu tahun, ayahnya telah meninggal dunia. Ibunya seorang yang soleh yang unggul dalam mendidik anak berdasarkan panduan Islam. Beliau belajar al-Quran ketika beliau masih kanak-kanak saat umurnya dua belas tahun. Beliau selesai awal pendidikan di rumah, kemudian dipindahkan ke ibu kota Algeria dan bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah.

Selama masa itu, beliau menghadiri pelajaran oleh At-Tayyab Abu Qir dan telah mendapat penerangan-penerangan dengan cahaya kepercayaan dalam tauhid dan sunnah Nabi saw. Ketika penjajahan Perancis dimulai pada tahun 1952, bealiau pindah ke Madinah. Raja Saud bin Abdul Aziz adalah penguasa saat itu dan Universiti Islam Madinah yang telah dibina. Beliau pertama bekerja sebagai seorang guru di Madinah, kemudian ia bergabung dengan Universiti Madinah dan bekerja di sana hingga bersara. Beliau juga bekerja sebagai penasihat dan penolong di beberapa lembaga berkaitan dengan dunia muslim selama waktu itu.

Beliau menyerang ahli sufi dan tasauf yang sesat sebagai alasan mengapa umat Islam hilang dalam perjuangan melawan kolonialisme Eropah.

Karya-karyanya

Antara karya-karya yang terkenal:

1. Tafsir al-Aisar
2. Minhajul Muslimin
3. 90 Seruan Ilahi dalam Al-Quran

Tafsir al-Aisar ialah suatu kitab tafsir yang mudah difahami sebagaimana nama tafsir ini iaitu 'al-Aisar (termudah)', yang menggabungkan antara erti yang dimaksud dalam firman Allah Taala dengan huraian-huraian bahasa yang mudah, sehingga kalangan awam pun dapat dengan mudah memahaminya.

Kata-katanya

Mereka mengatakan: “Orang-orang tabligh membuat bid’ah berupa keluar di jalan Allah swt secara berjama’ah dan membatasi keluar tiga hari, 40 hari, dan empat bulan.

Syeikh Abu Bakar Al-jazairi katakan: Sesungguhnya keluar untuk memperbaiki diri adalah seperti keluar untuk menuntut ilmu dan hidayah. Juga seperti keluar untuk menda’wah manusia kepada Allah swt dan mengajar mereka hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akherat. Semuanya itu adalah keluar di jalan Allah swt, apabila dilandasi niat yang benar semata-mata untuk meraih ridha Allah swt, bukan untuk memperoleh harta dan pernghormatan atau hiburan, permainan dan kebatilan.

Adalah termasuk kelakuan bodoh atau pura-pura bodoh apabila ada orang yang mengingkari keluarnya Jama’ah Tabligh untuk kepentingan hidayah bagi manusia, mengajar mereka, memperbaiki diri mereka, dan mendidik ruhani mereka. Padahal Rasulullah SAW bersabda: “Satu pagi atau satu petang keluar di jalan Allah, lebih baik daripada mendapatkan dunia beserta seluruh isinya” Juga Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa mendatangi masjid ini semata-mata untuk kebaikan yang ia ajarkan atau ia pelajari, laksana mujahid (orang yang berjuang) fi sabilillah” [1] Dan masih banyak hadits lainnya yang shahih dan yang hasan yang mengajarkan dan memberikan semangat (dorongan) untuk keluar di jalan Allah SWT.

Alangkah mengherankannya perkataan mereka, bahwa keluarnya Jama’ah Tabligh adalah bid’ah. Dan lebih mengherankan lagi, mereka berhujjah bahwa “keluar fi sabilillah secara berjama’ah adalah bid’ah” dengan sangkaan bahwa Rasulullah SAW mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman seorang diri saja, tidak berjama’ah. Mereka lupa atau tidak tahu bahwa Rasulullah SAW tidak mengutus Mu’adz sendirian, tetapi beliau mengutus juga Abu Musa Al-Asy’ari bersamanya. “Hendaklah kamu berdua menggembirakan mereka dan janganlah membuat mereka lari, hendaklah kamu berdua memudahkan mereka dan janganlah mempersulit mereka, dan bertolong-tolonglah kamu berdua dan jangan berselisih”
Dan beliau telah mengirim Ali Bin Abi Thalib RA dan Khalid bin Sa’id bin Al’Ash RA. Bersama mereka beliau mengirimkan rombongan besar untuk da’wah , ta’lim dan memutuskan perkara di antara manusia.

Tentang pembatasan masa keluar yang mereka (para penyerang) katakan sebagai bid’ah, adalah pengaturan da’wah sebagaimana peraturan sekolah dan universitas yang mengenal batasan masa belajar dan libur untuk menyiapkan bekal dan perbelanjaan selama masa keluar. Apakah dengan demikian orang-orang tabligh dianggap membuat bid’ah karena mereka mengatur hari-hari, untuk kepentingan da’wah dan khuruj fi sabilillah (keluar di jalan Allah SWT?

Subhanallah, mereka yang mengatakan demikian seperti dikatakan dalam syair: “Pandangan ridha atau senang selalu tumpul (buta) terhadap setiap aib, sedangkan benci selalu membongkar keburukan”

Apakah yang menyebabkan kemarahan kalian wahai hamba-hamba Allah? Seorang hamba Allah, menda’wah manusia kepada Allah, kemudian ia mendapat keridhaan untuk dirinya dan kepada saudaranya yang ia da’wahi. Jiwa mereka menjadi suci, hati mereka menjadi bersih dan akhlaq mereka menjadi mulia disebabkan mereka selalu mengucapkan kata-kata yang baik dan melakukan amal-amal yang sholeh.

Apakah yang menjadikan kalian marah, wahai hamba-hamba Allah? Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita. Kami tidak mengatakan bahwa dalam jama’ah tabligh ada suatu yang dapat dianggap sebagai penghalang manusia dari jalan Allah SWT. Alhamdulillah.
Dan orang-orang yang maksum hanyalah orang yang dijaga oleh Allah SWT. Dan supaya para pembaca yang ingin mencari kebenaran dan menghindari tujuan-tujuan rusak dan gambaran-gambaran yang salah mengetahui bahwa saya belum pernah keluar satu haripun bersama jama’ah tabligh, dan saya tidak bergabung dengan mereka.

Hal ini bukan karena adanya kesalahan-kesalahan mereka. Kesalahan jama’ah tabligh tidak dapat dihilangkan tanpa bekerja sama dengan mereka dan mengajar mereka hal-hal yang terkadang tidak mereka ketahui. Yang demikian itu karena kesalahan-kesalahan itu sangat sedikit dan pengaruhnya tidak berarti. Siapakah manusia yang tidak pernah berbuat salah selain para Nabi dan Rasul Alaihimush Shalatu Wassalam?

Yang menjadi penghalang kebenaran adalah karena kita mampu untuk berkorban, bersifat memberi, bertahan dengan ketabahan sebagaimana yang mereka lakukan.
Maka dari itu cukuplah bagi kita untuk memberi nasehat kepada mereka, memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka dalam da’wah yang terlihat oleh kita dan menahan lisan kita dari mengkritik mereka dan menjelek-jelekkan mereka, sehingga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah SWT.

Tetapi saudara-saudara kita, ketika merasa tidak mampu berbuat seperti apa yang telah diperbuat oleh orang-orang tabligh, lalu cenderung untuk mengkritik mereka, menjelek-jelekkan mereka, menyebutkan kejelekan mereka dan mengganggu mereka. Perbuat ini sangat tidak pantas. Semoga Allah SWT menolong kita.

Wafatnya

Beliau wafat pada tahun 1999.

(Terjemahan bebas daripada bahasa Inggeris)

Selasa, Maret 17, 2009

Dr Aidh Abdullah al-Qarni, Penulis Motivasi Islam Terkenal Di Dunia Masa Kini

Dr Aidh Abdullah al-Qarni ialah seorang ulama Arab Saudi juga penulis motivasi Islam terkenal di dunia masa kini.

Dr Aidh bin Abdullah al-Qarni dilahirkan pada tahun 1379H di perkampungan al-Qarn, sebelah selatan Arab Saudi. Beliau berasal dari keluarga Majdu' al-Qarni. Memiliki ijazah kesarjanaan dari Fakulti Ushuluddin Universiti Islam Imam Muhammad ibn Su'ud tahun 1403-1404H dan sarjana dalam bidang Hadis Nabi tahun 1408H dengan tesis berjudul al-Bid'ah wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah (Pengaruh Bid'ah terhadap ilmu Dirayah dan Riwayah Hadis).

Gelaran doktornya diraih dari universiti yang sama pada tahun 1422H dengan judul tesis "Dirasah wa Tahqiq Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim li al-Qurthubi" (Analisis Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim karya al-Qurthubi). Beliau telah menghasilkan lebih dari lapan kaset rakaman yang memuat khutbah, kuliah, ceramah, sejumlah bait syair dan hasil seminar-seminar kesusasteraan.

Dr Aidh Abdullah al-Qarni juga menghafal al-Quran (yang merupakan syarat mutlak sebagai mahasiswa di Arab Saudi, pada umumnya) dan juga hafal kitab hadis Bulughul Maram serta menguasai 5000 hadis dan lebih dari 10000 bait syair Arab lama hingga moden.

La Tahzan, Karyanya Yang Paling Terlaris

Dr Aidh Abdullah al-Qarni ialah penulis buku paling terlaris berjudul La Tahzan. La Tahzan yang 100 halaman pertamanya ditulis di dalam penjara itu meramu ayat-ayat Al-Quran, hadis dan kata-kata mutiara dari para ulama dan pemikir Barat. Bahasan dan bahasanya sangat sederhana, tapi justru itulah kelebihan La Tahzan.

Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia. ''Di Arab Saudi, buku itu sudah dicetak kurang lebih 1,5 juta eksemplar,'' kata Dr Aidh. Di Indonesia dan Malaysia, buku ini juga sempat menjadi buku terlaris. Kelebihan buku beliau terlihat pada bahasan-bahasannya yang fokus, penuh hikmah, dan selalu memberi jeda untuk merenung sebelum berlanjut pada bahasan berikut. Pada bahagian penutup, hadir pula kata-kata bijak yang menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya.

Dalam bukunya pula, Dr Aidh mengajak pembaca agar tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam al-Quran dan sunnah.

Dari 80 buku yang telah beliau tulis, hak cipta empat di antaranya (La Tahzan, Al-Azhamah, Hada’id Dzat Bahjah dan Fih ad-Dalili) telah beliau jual kepada dua orang agen buku di Arab Saudi. Akibatnya, walaupun jutaan buku terjual, Dr Aidh sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Barangkali inilah kekeliruan terbesar dalam hidupnya, yang tidak benar-benar beliau akui.

Selain La Tahzan karya-karya beliau yang lain antaranya 30 Tips Hidup Bahagia, Berbahagialah: Tips Menggapai Kebahagiaan Dunia Akhirat, Menjadi Wanita Paling Bahagia, "Muhammad Ka annaka Tara", Bagaimana Mengakhiri Hari-Harimu dan lain-lain lagi.

Syair-syairnya

Kutanamkan di dalamnya mutiara,
hingga tiba saatnya ia dapat menyinari tanpa mentari
dan berjalan di malam hari tanpa rembulan.
Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang buatan India
Milik Allahlah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona.


Sebuah lagi bait syairnya:

Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, ditengah keagunganMu, wahai Rabbku.


Temuramah-temuramah Dengannya

Berikut temubual antara Dr Aidh Abdullah al-Qarni dengan wartawan Indonesia, Luqman Hakim Arifin semasa Dr Aidh berada di Bogor, Jawa Barat, Indonesia pada 5 Mac 2007.

Peristiwa apa yang mendorong anda menulis La Tahzan?

Dipenjara selama 10 bulan, sekitar 10 tahun lalu, itulah salah satu peristiwa yang mendorong saya menulis La Tahzan. Saya ditahan karena menerbitkan beberapa bait syair berkaitan dengan politik. Nah, selama di penjara, saya banyak membaca buku mengenai musibah dan masalah manusia, pembunuhan serta hubungan bapa dengan ibu atau anak dengan orang tua. Ini mendorong saya untuk memberikan solusi kepada mereka.

Sesedih apa anda di penjara sehingga menghasilkan La Tahzan?

Sebenarnya kesedihan bukan masalah bagi saya. Tidak banyak kesusahan selama saya di penjara. Sebab waktu itu saya ditempatkan dalam tempat khusus dan diperlakukan dengan hormat (Aidh ditahan bersama beberapa ulama Saudi yang vokal terhadap pemerintah).

Gaya penulisan La Tahzan sangat khas. Dari mana Anda mendapatkan inspirasi itu?

Saya sulit mengatakan dari mana. Saya memiliki perpustakaan pribadi yang jumlah bukunya mencapai 10.000 judul. Untuk menulis La Tahzan, saya gunakan lebih kurang 300 buku dari berbagai bahasa sebagai rujukan. Mulanya saya menulis bab per bab. Tapi, saya pikir, orang akan bosan dengan cara penulisan seperti itu. Maka, saya buat berlika-liku seperti sebuah taman, sehingga pembaca seperti berjalan di tempat yang indah.

Apakah ini gaya penulisan baru dalam khazanah perbukuan Arab?

Ya, ini metode yang baru dipakai dalam buku-buku Arab. Saya belum pernah melihat sebelumnya. Tapi ini sebenarnya metode dari Barat.

Siapa penulis Barat yang memberi inspirasi pada anda?

Dale Carnegie! Ia menulis buku tentang motivasi. Judulnya How to Stop Worrying and Start Living, yang dicetak hingga 8 juta eksemplar.

Berapa lama anda menyelesaikan La Tahzan?

Saya susun selama tiga tahun dan mengeditnya tiga kali setiap menulis satu bagian buku.

Apakah anda menduga buku ini akan laris?

Saya tidak menduga sama sekali. Ini pelajaran penting bagi banyak orang, baik penulis maupun penceramah, sepandai apa pun ia berpidato dan mengungkapkan kata-kata indah, ia harus memohon kepada Allah (yahtasib billah). Setiap kali umrah di Mekkah, saya selalu berdoa kepada Allah agar diberi kemampuan menulis sebaik-baiknya.

Berapa banyak keuntungan finansial yang Anda dapatkan dari buku yang sudah dicetak jutaan eksemplar ini?

Waktu buku itu pertama kali terbit, saya hanya mendapat sedikit, 10% dari buku itu. Sebab waktu itu buku saya banyak yang dicekal. Saya serahkan hak ciptanya kepada teman-teman pengusaha. Alhamdulillah, berkat keikhlasan itulah buku saya tambah laris.

Berarti Anda tidak mendapatkan apa-apa dari penjualan sekarang ini?

Ya, saya tidak menerima apa-apa. Banyak ulama menyarankan agar saya memperbarui kontrak buku itu. Ada semacam pelanggaran hak-hak saya. Tapi saya belum melakukan apa-apa. Saya serahkan semua kepada Allah.

Anda menyesal telah menjual hak cipta buku laris itu?

Tidak, saya bahagia. Saya orang yang kaya! Dan itu berkat doa umat Islam. Itu lebih berharga daripada harta. Selain membuat saya terkenal, yang terpenting, La Tahzan telah memberi banyak manfaat pada umat manusia.

Apakah hak cipta buku-buku lainnya Anda jual juga?

Hanya tiga-empat judul buku yang hak ciptanya saya jual. Di luar itu, hak saya.

Di Indonesia, banyak buku dicetak tanpa izin anda

Semoga Allah mengampuni mereka. Secara peribadi, saya sangat bersyukur buku saya menyebar di mana-mana, orang memanfaatkannya dan mendoakan saya. Doa lebih berharga daripada harta. Apa manfaatnya harta dan kedudukan? Di mana Soekarno dan Soeharto sekarang? Semua hanya milik Allah (Aidh tertawa).

Anda dikabarkan hendak mundur dari dunia dakwah kerana tuduhan bahawa anda khawarij, ulama penguasa, plin-plan dan oportunis

Kisah mundur dari dakwah itu tidak benar. Ceritanya, waktu itu saya menulis syair yang isinya mengatakan bahwa saya akan beristirahat beberapa bulan guna mengatur dokumen-dokumen di rumah saya. Tapi orang menafsirkan saya mundur dari dakwah. Padahal, dakwah itu tidak boleh berhenti sampai kita mati.

Jenis ulama seperti apakah anda, progresif, radikal, fundamental, atau moderat?

Saya ingatkan terlebih dahulu sebuah ayat Al-Quran, Falaa tuzakku anfusakum (Jangan menilai atau memuji diri sendiri). Saya memandang diri saya, tanpa berniat memuji, sebagai orang yang moderat. Tidak kiri, tidak kanan; tidak keras, tidak lemah. Saya ini orang moderat yang bisa mengerti semua pihak.

Apa pendapat anda soal kebebasan berekspresi?

Islamlah yang mengajak orang untuk memiliki kebebasan berekspresi. Tapi ada dua syarat dalam hal ini. Jangan sampai menghina suatu agama dan, kedua, jangan sampai merusak dan memfitnah orang lain.

Apakah pembuatan dan pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW di koran Denmark itu satu bentuk kebebasan berekspresi?

Baik ulama Islam maupun orang Barat sekalipun menganggap itu bukan bentuk kebebasan berekspresi, melainkan suatu penghinaan. Buktinya, mereka tidak mau terima ketika ada penolakan soal Holocaust.

Ataukah kasus karikatur itu bisa dilihat sebagai bentuk perbenturan peradaban?

Tidak. Ini bukan perbenturan peradaban. Itu tindakan bodoh saja. Saya banyak bertemu dengan orang Amerika, Barat. Mereka sangat hati-hati dan memperhitungkan umat Islam.

Islam selalu dikaitkan dengan isu terorisme. Apa catatan anda untuk hal ini?

Ini terjadi karena kebodohan segelintir orang Islam yang melakukan pengeboman di Gedung WTC, Amerika. Akibatnya, banyak umat Islam yang menjadi korban karena pengeboman itu. Banyak orang kafir yang menilai itu sebagai bagian dari ajaran Islam. Padahal, Islam tidak mengajarkan seperti itu! Ulama harus bangkit dan menerangkan Islam sebagai barang yang utuh dan melakukan dialog dengan Barat dan dunia di luar Islam, sehingga mereka bisa memahami Islam dengan yang sebenar-benarnya.

Jika ada orang yang sudah membaca buku Anda tapi tetap saja sedih karena persoalan hidupnya, apa saran anda?

Anda harus ingat, satu-satunya buku yang bisa memberikan solusi bagi umat manusia adalah Kitab Suci Al-Quran.

Temuramah Kedua

Berikut pula temubual Dr Aidh dengan wartawan Indonesia, Damanhuri Zuhri dan Burhanuddin Bella. di Pesta Buku Islam, Indonesia pada awal tahun 2006. Dengan diperkaya keterangan dari sejumlah sumber, Dr Aidh pun bertutur tentang buku, kegiatan dakwah dan kehidupan peribadinya.

Mengapa anda memberi judul La Tahzan (Jangan bersedih). Apa sesungguhnya yang mendorong anda memberi judul seperti itu?

Pertama, ini alasan dari Alquran. Seperti yang difirman Allah SWT: La tahzan wa laa takhof (Janganlah bersedih dan janganlah takut). Ayat ini disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW ketika bersama-sama sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq memasuki Gua Tsur sebelum melakukan hijrah ke kota Yatsrib, Madinah al Munawwarah. Kedua, sesungguhnya kesedihan itu adalah penyakit alam seluruhnya. Muslim atau bukan Muslim, orang pasti mengalami kesedihan. Sedih karena sakit, sedih karena meninggal, sedih karena kesulitan hidup dan berbagai masalah. Jadi, karena alasan itulah makanya buku ini saya beri judul La Tahzan.

Anda dikenal sebagai seseorang yang banyak menulis dan membaca buku. Sebenarnya, apa pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk praktis supaya lebih mudah dalam mendapatkan ilmu?

Kaedah pertama seseorang yang menuntut ilmu bagi kaum Muslimin untuk mendapatkan ilmu adalah ikhlasun niat lillahi ta'ala. Karena dengan niat yang ikhlas, Allah akan membuka hati seorang Muslim. Kedua, kita mempelajari ilmu secara bertahap, berjenjang, tabarruj. Jangan kita langsung kepada masalah-masalah besar nanti kita tidak bisa menguasai. Ketiga, hendaklah kita membaca. Tapi, membaca saja tidak cukup kita ambil ilmunya dari para masyarih (yang menguasai masalah). Orang-orang berilmu yang mengerti masalah, sehingga ilmu kita kalau dari buku saja bisa saja pemahaman kita salah. Tapi, ketika kita membahasnya dengan orang-orang yang mengerti, insya Allah, pemahaman kita akan lebih mantap dan ilmu kita akan lebih lurus.

Keempat, ketika kita sudah mengetahui satu masalah tentang ilmu kita, amalkan. Jangan hanya dijadikan teori hingga akhirnya ilmu kita tidak berkah. Sebagaimana orang Yahudi dalam Alquran waktu mereka membatalkan janji-janji kepada nenek moyang mereka itu yang membuat hati mereka sesat dan menjadi batu. Ini i'tibar bagi kita sekalian. Kelima, kalau kita sudah punya ilmu dan paham benar maka ajarkan kepada orang lain. Jangan disimpan untuk diri sendiri. Berikan ilmu kita kepada orang lain sehingga banyak manfaatnya untuk masyarakat menjadi amal saleh bagi kita.

Aktiviti Al Qarni boleh dibilang tidak jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Bahkan, ketika masih mendekam dalam penjara, dua aktiviti inilah yang membuatnya sibuk. Menimba ilmu adalah hal utama bagi beliau yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.

Selama 25 tahun, beliau mengharungi dunia dakwah. Kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan berkumandang di sejumlah masjid, yayasan, universiti dan sekolah di berbagai belahan dunia. Kitab-kitab karyanya yang berjumlah lebih dari 70 buah itu telah pula diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Maka, ketika terbetik khabar beliau akan mengundurkan diri dari dunia dakwah, banyak orang yang terkejut dan bertanya-tanya, ''Apakah ini keputusan terakhir sang tokoh?''

Ada informasi bahawa anda akan mengundurkan dari kegiatan dakwah. Apa benar?

Saya memang pernah menulis 70 bait dalam bahasa Arab. Dalam salah satu bait tersebut ada yang sempat disalahpahami oleh media massa bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Media massa di Arab Saudi menafsirkan sendiri yang kemudian dikutip oleh berbagai media massa di beberapa negara bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Padahal sebenarnya tidak begitu. Dakwah itu kewajiban syar'i seorang Muslim sejak dia mampu sampai meninggal. Ini seperti firman Allah SWT: Hatta ya'tiyakal yaqinu (Sampai maut menjemputmu, red). Jadi, saya tidak akan meninggalkan dakwah. Dakwah akan saya laksanakan seumur hidup saya sampai saya meninggal.

Berkembangnya berita rencana pengunduran anda dari dunia dakwah dipicu adanya tudingan bahwa masjid yang selama ini digunakan sebagai sarana dakwah dianggap sebagai tempat sarang teroris. Bagaimana menurut anda?

Saya pribadi tidak pernah mengungkapkan masalah ini. Saya pikir ini adalah semacam fitnah dari orientalis, dari orang-orang yang tak suka dakwah berkembang pesat. Mereka berusaha untuk memecah belah umat Islam. Selama ini, alhamdulillah, masjid-masjid kita sebagai markas dakwah, markas orang-orang untuk menuntut ilmu, tempat melaksanakan ibadah, tempat melaksanakan ajaran Islam dengan baik kondisinya sangat bagus. Jadi, kita harus mewaspadai tipu daya dan fitnah yang dilakukan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam, yang ingin terus berupaya memecah belah umat Islam.

Dunia dakwah sudah menjadi bahagian dari hidup anda. Sebenarnya, apa saja bekal yang harus dipersiapkan demi dakwah?

Seperti mobil yang tidak bisa berjalan kalau tidak ada bahan bakarnya, maka dai perlu bahan bakar supaya dia bisa bergerak di dalam dakwah. Apa bahan bakar kita? Yaitu, tegakkanlah shalat, banyak bersedekah, banyak berdoa, banyak membaca Alquran, banyak zikrullah. Shalat, sedekah, doa, baca Alquran, zikrullah adalah bekal seorang dai. Bagaimana dia bisa berjalan kalau tidak menjalankan ini. Apakah kamu mengajak orang kepada al birri wat taqwa tapi engkau melupakan dirimu sendiri?

Apa pandangan anda terhadap penghinaan Rasulullah SAW yang dilakukan media Barat, sehingga menimbulkan reaksi demonstasi di berbagai belahan dunia Muslim?

Demonstrasi untuk membela hak-hak kaum Muslimin dan penghormatan terhadap simbol-simbol Islam seperti yang kita lihat dilakukan Denmark kepada Rasulullah s.a.w. ketika dilakukan dengan baik adalah sesuatu yang patut disyukuri. Saya bersyukur kepada dunia Islam atas sikap mereka yang baik untuk membela Islam. Tapi, saya menyayangkan kalau demonstrasi bersifat anarkis, merusak, membakar, dan menghancurkan. Islam tidak mengajarkan begitu. Dan saya melihat Anda sekalian saudara-saudaraku di Indonesia berdemonstrasi dengan baik dan sangat tertib seperti yang saya lihat di televisi dan insya Allah itu menjadi demonstrasi yang dapat dicontoh dengan baik oleh masyarakat dunia Islam. Saya sebagai dai dan seorang Muslim bersyukur atas aktivitas yang baik yang dilaksanakan itu.

Selama berada di Indonesia, Al Qarni sempat beristirahat selama dua hari di kawasan Puncak, Jawa Barat. ''Dia sangat kagum dengan air terjun dan pepohonan. Biasanya, setelah menyaksikan air terjun dan pohon-pohon, dia merenung. Kalau sudah begitu, dia tidak mau diganggu,'' tutur Anis Mas Tuhin, chief editor Qisthi Press, yang selalu menemani Aidh Al Qarni. Qisthi Press adalah pemilik hak cipta untuk menerbitkan buku La Tahzan versi bahasa Indonesia.

Saat berada di Puncak, kata Anis, Al Qarni tampak mengagumi pemandangan yang dipenuhi banyak gunung. Dia biasanya menatap pemandangan sambil menulis catatan. Kerap makan nasi kebuli, tidak jarang Anis melihat Al Qarni hanya memesan roti. ''Dia paling senang buah-buah Indonesia, seperti pisang,'' tuturnya. Anis menangkap kesan, Aidh Al Qarni adalah seorang moderat dan terbuka. Al Qarni, disebutnya, sangat responsif terhadap orang-orang yang menemuinya. ''Orangnya ramah,'' Anis menuturkan. Terhadap bencana beruntun yang menimpa bangsa Indonesia, Al Qarni, kata Anis, berpesan kepada umat Islam Indonesia,''Jangan bersedih. Insya Allah ada jalan keluar.''

Bagaimana latar belakang keluarga anda?

Orang tua saya seorang tokoh masyarakat di daerah saya. Saya berasal dari keluarga ulama. Sejak kecil ayah sudah membawa saya ke masjid untuk shalat berjamaah. Saya juga sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil. Tampaknya saya dididik menjadi pejuang dakwah. Ayah selalu membelikan buku bacaan untuk saya.

Ada berapa anggota keluarga anda?

Anak saya enam, dari dua istri. Saat bersama keluarga, biasanya saya isi dengan bermain bola bersama anak-anak. Saya selalu menyediakan waktu khusus untuk keluarga.

Bagaimana anda mendidik anak-anak, apakah mereka diarahkan seperti anda menjadi penulis?

Saya tidak mengarahkan anak-anak saya seperti diri saya. Saya serahkan anak-anak menentukan masa depan mereka sendiri. Terserah mau jadi apa nantinya. Itu tergantung mereka sendiri. Yang saya selalu tekankan adalah pendidikan agama, terutama menyangkut akhlak dan moral.

Biasanya, nama Aidh itu dipakai oleh orang-orang Yaman atau khadhari. Apakah ada termasuk keturunan Yaman?

Datuk-datuk saya dari Al-Anshari di Yaman. Jadi, saya keturunan Yaman. Ini untuk perkenalan saja. Kalau khadhari, mereka mempunyai jasa yang besar, mereka kebanyakan pedagang-pedagang yang sukses dalam usaha mereka baik di bidang dakwah. Mereka menjadi dai, ahli ilmu yang sangat banyak jasanya bagi Islam khususnya di Indonesia.

Bagaimana anda mengisi waktu luang?

Tiap sore saya selalu menyiapkan waktu untuk keluarga selama 2-3 jam. Tiap Jumat saya libur total, kecuali kegiatan dakwah. Di luar itu, pagi saya membaca di perpustakaan. Usai solat Zuhur saya menulis, 4-5 halaman. Habis Maghrib biasanya saya berdakwah. Saya mengisi acara dakwah di televisyen (Arab Saudi). Kegiatan dakwah ini biasa juga dimulai selesai Ashar hingga Isyak. Saya mengisi acara dialog interaktif di televisyen.

Adora Svitak, Penulis Cilik: Karya Sulung di Usia 7 Tahun

Hari masih pagi ketika Adora Svitak meninggalkan rumah bersama ibunya untuk ke sekolah.

Pagi itu, Adora bersemangat kerana akan menghadiri kelas puisi - subjek yang sangat digemarinya.

Namun, budak perempuan berusia 11 tahun itu sebenarnya bukanlah pelajar, sebaliknya seorang guru.

Dianggap sebagai pakar kesusasteraan cilik, bakat dimiliki Adora dianggap sangat hebat.

Dia mula mengajar kesusasteraan ketika baru berusia tujuh tahun dan pada masa sama, karya sulungnya, Flying Fingers, diterbitkan di seluruh dunia.

Buku itu mengandungi koleksi cerita pendek bersama rahsia menulis yang baik untuk sesiapa yang ingin mempelajari kaedah digunakannya.

Buku kedua Adora, Dancing Fingers adalah koleksi puisi bersama dengan kakaknya dan diterbitkan tahun lalu.

Ketika ini, Adora sibuk menyiapkan empat lagi karya baru.

Menurut Adora, genre kegemarannya adalah cerita fiksyen sejarah dan fantasi.

Justeru, minatnya terhadap tulisan J K Rowling (penulis cerita Harry Potter) dan Charles Dickens dapat difahami.

Cuma, kata Adora, kadang-kadang ayat digunakan kedua-dua penulis itu agak berbelit.

Proses penghasilan karya Adora juga menarik. Dia mampu menaip di antara 80 hingga 112 perkataan seminit, membaca dua hingga tiga buku sehari dan menulis kira-kira 330,000 perkataan setahun.

Baginya, dia melihat dirinya sebagai seorang ‘pendidik, penyair dan pencinta kemanusiaan’, tetapi bagi orang lain, Adora seorang budak berfikiran dewasa.

Dia tidak pernah menduduki ujian IQ kerana baginya, ia tidak perlu.

“Ia bukan satu-satunya cara terbaik untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam kesusasteraan,” katanya.

Adora mula boleh membaca ketika baru berusia tiga tahun. Ketika itu, katanya, dia menyangka semua budak seusianya mempunyai minat sama - membaca.

Sebaliknya, kata Adora, tidak semua orang gemar menghabiskan masa dengan membaca.

Justeru, kata ibunya, Jouce, Adora berusaha memanfaatkan kemampuannya untuk menanamkan kecintaan tabiat membaca di kalangan orang lain.

Sehingga kini, Adora menjadi pengajar tamu di lebih 300 kelas di seluruh dunia, termasuk China, Hong Kong, Vietnam dan United Kingdom.

Digelar Dora the Explorer, selalunya syarahan Adora dimulakan dengan menceritakan pengalaman bagaimana dia mula membaca dan menulis kepada kanak-kanak lain.

Di rumah mereka di Redmond, Washington, ruang bawah kediaman itu diubah suai menjadi studio televisyen untuk membolehkan Adora mengadakan sidang video harian.

Melalui kaedah itu, dia memberikan syarahan mengenai penulisan kepada sesiapa saja yang berminat, termasuk orang dewasa dan guru dengan kadar bayaran AS$300 bagi setiap sesi selama 50 minit.

Disebabkan bakatnya besar, Adora turut menjadi perhatian dunia korporat.

Untuk muncul dalam sesuatu syarahan kepada pendidik dan ahli perniagaan, Adora boleh memperoleh bayaran sehingga AS$10,000 bagi menjelaskan bagaimana teknologi memberi kesan kepada proses kreativiti seseorang.

Baru-baru ini, dia diupah Microsoft untuk menjelaskan kaedah penggunaan komputer dalam pendidikan.

Melihat bagaimana Adora berkongsi pengalamannya, amat sukar untuk sesiapa pun untuk tidak mengagumi kemampuan budak perempuan itu.

“Ketika kecil, saya mengharapkan galakan,” katanya pada satu ketika.

Adakah Adora terlupa bahawa dia masih budak?

Tidak.

Kata Adora, apabila dia merujuk kepada zaman kanak-kanaknya, ia adalah tempoh dia baru berusia di antara dua hingga sembilan tahun.

“Walaupun berasa semakin dewasa, saya sedar saya masih budak,” katanya.

Baru-baru ini, Adora mengambil ujian untuk mengetahui usia seseorang secara online.

Hasil ujian itu, katanya, dia dianggap berusia 50 atau 60 tahun.


“Kadang-kadang keluarga saya bergurau dengan mendakwa saya orang tua yang kebetulan berusia 11 tahun,” katanya.

Mungkin gurauan keluarga Adora ada benarnya, tetapi pada masa sama, mereka turut menyumbang kepada kebolehan luar biasa budak itu.

Bapa Adora, John, memiliki ijazah doktor falsafah dalam bidang fizik, selain jurutera perisian komputer.

Anak sulungnya, Adrianna, 13, pemuzik pintar semula jadi.

Joyce dibesarkan di China ketika negara itu mengalami Revolusi Kebudayaan.

Disebabkan kerajaan ketika itu menghalang seseorang memiliki buku, ibu bapa Joyce memberi pendidikan tidak formal di rumah mereka.

Kata Joyce, dia banyak dipengaruhi pembelajaran zaman kecilnya.

“Saya bercerita kepada anak-anak bagaimana sukarnya kami ketika itu kerana tidak memiliki makanan atau buku mencukupi,” katanya.

Bagaimanapun, Joyce tidak menganggap dia bertanggungjawab membentuk Adora menjadi budak luar biasa.

“Kejayaan Adora kerana kesungguhan dan dedikasinya,” katanya.

Di tanya sama ada mereka adalah pasangan ibu bapa yang tegas mendidik anak-anak, Joyce berkata, keadaan sebenar adalah sebaliknya.

“Kami tidak mendesak Adora, sebaliknya dia sendiri memberikan apa yang terbaik untuk dirinya.

“Jika ada program keesokan hari, dia berjaga sehingga tengah malam untuk membuat persediaan dan sayalah yang mendesaknya berehat,” katanya.

Bagi Adora pula, dia tidak menganggap rutin hariannya sebagai beban.

“Ia sangat menyeronokkan,” katanya.

Selain membuat persediaan untuk mengajar, Adora gemar menonton berita di ketiga-tiga saluran televisyen, iaitu ABC, NBC dan CBS.

Ketika ada kelapangan, Adora menghabiskan masa beriadah, seperti bermain kasut roda, ski, memasak atau makan keju.

“Saya juga bermain sorok-sorok,” katanya.

Sebagai budak, adakah Adora mengalami sebarang kebimbangan?

“Ya, ekonomi dunia adalah satu daripada isu membimbangkan saya,” katanya.

Selain itu, katanya, masalah pemanasan global, kolera di Zimbabwe dan kebuluran dunia turut mencetuskan kekhuatiran.

“Namun, selalunya saya mengelak melayan kebimbangan itu kerana masa sepatutnya digunakan dengan aktiviti lebih berfaedah,” katanya.

Dipetik dari:
http://asyzsufi.multiply.com/journal/item/69/Penulis_Cilik_Karya_Sulung_di_Usia_7_Tahun

Sabtu, Februari 09, 2008

Chrisye (1949-2007): Ketika Tangan dan Kaki Berkata









Akan datang hari

Mulut dikunci

Kata tak ada lagi

Akan tiba masa

Tak ada suara

Dari mulut kita

Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita

Bila harinya

Tanggungjawab tiba

Itulah sebahagian bait lagu dari salah satu untaian nada almarhum Chrisye, Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Sungguh sangat dalam maknanya. Pantas kalau Chrisye dalam pengakuannya mengatakan bahwa lagu ini merupakan salah satu lagu yang membuat dia berkali-kali mengulanginya untuk bisa menyelesaikan bait-bait lagu itu. Cucuran airmata Chrisye mengganggunya untuk menyelesaikan bait-demi bait, membuat dia ‘complain’ dan mengadu pada Taufik Ismail sang penggubah lagu.

Lagu itu juga dijadikan sebagai lagu tema untuk sinetron Jalan Lain Ke Sana lakonan Sahrul Gunawan. Memang tepat lagu itu dijadikan sebagai lagu tema untuk sinetron itu.

Pantas kalau Chrisye dalam pengakuannya mengatakan bahwa lagu ini merupakan salah satu lagu yang membuat dia berkali-kali mengulanginya untuk bisa menyelesaikan bait-bait lagu itu. Cucuran airmata Chrisye mengganggunya untuk menyelesaikan bait-demi bait, membuat dia ‘complain’ dan mengadu pada Taufik Ismail sang penggubah lagu.

Pantas sangat dalam, selain karena di gubah oleh seorang sastrawan yang tidak diragukan kafabilitasnya, lagu ini di adopsi Taufik dari untaian kata ‘Sang Maha Pujangga’ dalam Surat Yasin.

Paduan antara Chrisye sang legenda lagu-lagu melankolis dan Taufik sang sastrawan, membuat lahirnya sebuah lagu yang syahdu yang bisa membuat diri merinding dan sadar akan tanggung jawab di akhirat kelak.

Chrisye adalah seorang pelantun musik yang mendasarkan karirnya pada cinta. Kecintaannya pada bermain musik membuat dia perang bathin ketika ayahnya menginginkan dia untuk jadi diri yang lain, bukan pemusik. Dilema Chrisye antara menghormati keinginan sang ayah dan kecintaannya kepada musik membuat dia jatuh sakit. Untung sang ayah adalah orang yang bijak, yang mengerti kemauan anaknya yang punya semangat baja untuk berkarir dalam jalur musik. Dan Chrisye tidak salah…

Sampai sekarang, sejarah, khususnya orang-orang Indonesia, mencatat Chrisye sebagai seorang legenda. Suara khasnya, lirik-lirik lagunya, ‘kelebihannya’ yang tidak bisa berjoged ketika bernyanyi, tak mudah dilupakan orang.

Bait lagu diatas dan bagaimana Chrisye menyanyikannya merupakan salah satu bukti totalitasnya dalam bermusik. Meresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya sambil mendengarkan suara khasnya dipentas layar dunia ‘youtube’ dikeheningan malam akan membuat pendengarnya larut. Larut dalam pengembaraan spiritualitas menatap masa dimana ‘kaki dan tangan bicara’ untuk mempertanggungjawabkan jalan kehidupan yang dilaluinya.

Mudah-mudahan lantunan Chrisye bisa mengalirkan pahala bagi sang ‘muallaf’ diakhirat sana, Amin. Bukankah Nabi pernah mengatakan ‘man sanna sunatan hasanatan falahu ajruha waajru man amila ba’dah’ (barangsiapa meretaskan jalan kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala dari pekerjaannya dan juga mendapatkan pahala orang-orang yang mengikutinya). Sebutir keinsyafan dari seorang anak manusia karena mendengarkan lagu itu, mudah-mudahan menjadi ibadah bagi sang legenda. Semoga…!

Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi atau yang akrab dipanggil dengan Chrisye (1949-2007) di majalah sastra Horison.

Krismansyah Rahadi (1949-2007): Ketika Mulut, Tak Lagi Berkata
Oleh: Taufiq Ismail

Di tahun 1997, saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punyasebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas… Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?"

Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan.

Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.

Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim."Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.

Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan."

Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.

Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.

Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal,

2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan.

Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi.Menangis lagi. Yanti (istri Chrisye) sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa takberdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.

"Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai.

Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah

karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalamanbatin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna pengadilan hari akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis, menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.

Chrisye terkejut. " Kenapa Bang, kurang?"

Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisyesenang, saya pun senang.

Pada subuh hari Jumaat, 30 Mac 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat.

Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.

Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

Hayatilah lagu ini dengan sebenar-benarnya...



Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lagu: Chrisye

Lirik: Taufiq Ismail

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Dijalan cahaya
Sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
Hamba-Mu yang hina
(1997)

Sumber:
http://undzurilaina.blogspot.com/2008/01/ketika-tangan-dan-kaki.html
http://halliva.wordpress.com/2007/11/29/ketika-kaki-dan-tangan-bicara

Tentang Chrisye dan sekitar hari kematiannya:
http://forum-arsip1.swaramuslim.net/more.php?id=4123_0_2_0_M

Lihat juga:
http://filemislam.blogspot.com/2008/02/ketika-tangan-dan-kaki-berkata-chrisye.html

Jumat, Desember 28, 2007

Ed Osmera, Pelakon yang Kuat Beragama

Ed Osmera merupakan seorang pelakon yang mempunyai kelas yang tersendiri. Ed Osmera apabila berlakon sememangnya ada cara yang tersendiri. Kalau dihayati betul2, kebanyakan dalam filem lakonannya seolah-olah menggambarkan keperibadiannya yang sebenar. Saya coretkan di sini tentang seorang insan seni yang bergelar pelakon yang di mana, pelakon ini bukan sahaja menumpukan kepada kerjaya lakonannya semata-mata tetapi juga beliau lebih menumpukan kepada soal agama dan ibadahnya terutama ketika di saat2 akhir hayatnya. Sama2lah kita tatapi.

Kisah hidup Ed Osmera

Ed Osmera dilahirkan pada tahun 1943 di Kota Bharu, Kelantan. Nama sebenarnya ialah Sheikh Osman bin Sheikh Ibrahim. Bapanya ialah seorang peniaga. Ibunya pula meninggal dunia ketika usianya masih kecil lagi.

Raut wajah Ed Osmera agak serius. Namun, di kalangan rakan beliau lebih dikenali sebagai pemuda pendiam. Ed Osmera dianggap pelakon yang banyak berlakon dan kebanyakannya filem yang dibintangi menampilkannya sebagai hero. Beliau diperkenalkan ke layar perak menerusi filem Panglima Besi arahan M. Amin pada tahun 1964. Kemudiannya pula ialah filem Bidasari (1965) arahan Datuk Jamil Sulong, Lain Jalan Ka Shorga (1966) juga arahan Datuk Jamil Sulong dan Sri Andalas (1967) arahan S. Kadarisman.

Kebanyakan lakonan Ed Osmera membabitkan aksi pertarungan. Filem yang telah mengangkat namanya sebagai pelakon aksi pertarungan yang tidak mengecewakan ialah Panglima Harimau Berantai arahan Omar Rojik iaitu pada tahun 1969.

Selepas Panglima Harimau Berantai, muncul pula Pancha Indera Harimau Berantai pada tahun 1970. Dalam filem ini, Ed Osmera tidak saja menunjukkan kehandalannya sebagai pendekar, tetapi juga kemahirannya bertarung biarpun kedua-dua matanya buta.

Ed Osmera juga pernah berlakon dalam filem arahan P. Ramlee seperti Sesudah Suboh (1966) dan Doktor Rushdi (1970).
Bagaimanapun, S. Kadarisman dan Omar Rojik adalah orang yang banyak menggilap bakatnya di layar perak. Filem lain di bawah S. Kadarisman ialah Kembang Layu (1970), Kudrat (1971), Hutang Darah (1972) dan Cengkaman Maut (1972).
Bersama Omar Rojik pula, beliau berlakon dalam filem Keranda Jingga (1969), Tuah Badan (1970) dan Semerah Cindai (1973).

Ed Osmera bersama Jins
Shamsudin (Gambar di atas)

Pada tahun 1975, Ed Osmera kembali berlakon dalam filem di bawah arahan M. Amin iaitu Pertiwi sebelum berehat dari dunia lakonan hampir enam tahun.

Aziz Sattar mengembalikannya berlakon menerusi filem Prebet Lapok pada tahun 1980.Selepas itu, beliau tampil dalam filem Raja Laut arahan Z.Lokman pada tahun 1981.

Setahun kemudian, Ed Osmera menjadi pengarah pula dengan filem berjudul Ribut Di Hujung Senja (1982).

Beliau dianggap mengabadikan dirinya terhadap dunia lakonan sepanjang hayat. Walaupun tidak aktif lagi dalam dunia perfileman, Ed Osmera agak aktif juga mengarah dan berlakon drama.

Antara drama lakonannya ialah Kuala Lumpur arahan Arief Karmahani, Lain Jalan Ke Mekah, Sesat Dalam Cahaya dan Cili Padi.Drama arahannya pula berjudul Malam Tujuh Likur. Dibintangi bersama Zulkifli M. Osman.Dalam drama itu, beliau melakonkan watak orang ghaib yang membawa Zulkifli kembali ke pangkal jalan.

Ada satu lagi filem lakonan beliau yang membawakan watak orang alim iaitu Hormat Terakhir. Filem ini saya rasa umumnya, belum ramai lagi orang mengetahuinya. Bahkan peminat2 beliau sendiri juga ada yang tidak tahu akan kewujudan filem tersebut. Dan saya rasa, belum lagi pernah ditayangkan di televisyen.
Kuat Beragama Terutama Ketika Akhir2 Hayatnya

Ed Osmera memang seorang yang pendiam. Sehinggakan apabila bertemu dengan orang ramai, beliau memang tak banyak bercakap. Tapi, beliau juga amat peramah dengan orang lain.

Sesiapa yang pernah menemui beliau, akan dapat melihat perilakunya yang amat sopan dan tutur katanya yang teratur sama seperti di dalam filem.
Sebenarnya, Ed Osmera dari zaman mudanya sampai akhir2 hayatnya tidak berkahwin. Barangkali, salah satu sebabnya ialah beliau banyak menghabiskan masanya dengan menumpukan soal agama dan ibadah.Di saat akhir2 hayatnya, Ed Osmera memang sudah tidak banyak berlakon. Itu tandanya, barangkali dalam diri beliau telah datang kesedaran agama yang amat mendalam. Sehinggakan di depan rumahnya diletakkan dua batu nisan semata-mata mengingatkan beliau tentang kematian.

Di samping itu, Ed Osmera juga aktif dalam kegiatan2 dakwah. Beliau juga banyak melakonkan filem dan drama2 berunsur keagamaan. Itulah hidup seorang insan seni yang bergelar sebagai pelakon yang bukannya saja menumpukan kepada kerjaya lakonannya, tetapi lebih dari itu, beliau juga lebih menumpukan kepada hal2 keagamaan dan ibadah. Itulah yang berlaku ketika di saat2 akhir hayatnya.

Ed Osmera meninggal dunia kerana sakit jantung pada 2 Januari 2005 ketika berusia 63 tahun.
Semoga Allah mencucuri rahmat ke atas rohnya. Amin.