Selasa, Maret 17, 2009

Dr Aidh Abdullah al-Qarni, Penulis Motivasi Islam Terkenal Di Dunia Masa Kini

Dr Aidh Abdullah al-Qarni ialah seorang ulama Arab Saudi juga penulis motivasi Islam terkenal di dunia masa kini.

Dr Aidh bin Abdullah al-Qarni dilahirkan pada tahun 1379H di perkampungan al-Qarn, sebelah selatan Arab Saudi. Beliau berasal dari keluarga Majdu' al-Qarni. Memiliki ijazah kesarjanaan dari Fakulti Ushuluddin Universiti Islam Imam Muhammad ibn Su'ud tahun 1403-1404H dan sarjana dalam bidang Hadis Nabi tahun 1408H dengan tesis berjudul al-Bid'ah wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah (Pengaruh Bid'ah terhadap ilmu Dirayah dan Riwayah Hadis).

Gelaran doktornya diraih dari universiti yang sama pada tahun 1422H dengan judul tesis "Dirasah wa Tahqiq Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim li al-Qurthubi" (Analisis Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim karya al-Qurthubi). Beliau telah menghasilkan lebih dari lapan kaset rakaman yang memuat khutbah, kuliah, ceramah, sejumlah bait syair dan hasil seminar-seminar kesusasteraan.

Dr Aidh Abdullah al-Qarni juga menghafal al-Quran (yang merupakan syarat mutlak sebagai mahasiswa di Arab Saudi, pada umumnya) dan juga hafal kitab hadis Bulughul Maram serta menguasai 5000 hadis dan lebih dari 10000 bait syair Arab lama hingga moden.

La Tahzan, Karyanya Yang Paling Terlaris

Dr Aidh Abdullah al-Qarni ialah penulis buku paling terlaris berjudul La Tahzan. La Tahzan yang 100 halaman pertamanya ditulis di dalam penjara itu meramu ayat-ayat Al-Quran, hadis dan kata-kata mutiara dari para ulama dan pemikir Barat. Bahasan dan bahasanya sangat sederhana, tapi justru itulah kelebihan La Tahzan.

Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 29 bahasa dunia. ''Di Arab Saudi, buku itu sudah dicetak kurang lebih 1,5 juta eksemplar,'' kata Dr Aidh. Di Indonesia dan Malaysia, buku ini juga sempat menjadi buku terlaris. Kelebihan buku beliau terlihat pada bahasan-bahasannya yang fokus, penuh hikmah, dan selalu memberi jeda untuk merenung sebelum berlanjut pada bahasan berikut. Pada bahagian penutup, hadir pula kata-kata bijak yang menjadi intisari tulisan-tulisan sebelumnya.

Dalam bukunya pula, Dr Aidh mengajak pembaca agar tidak menyesali kehidupan, tidak menentang takdir, atau menolak dalil-dalil dalam al-Quran dan sunnah.

Dari 80 buku yang telah beliau tulis, hak cipta empat di antaranya (La Tahzan, Al-Azhamah, Hada’id Dzat Bahjah dan Fih ad-Dalili) telah beliau jual kepada dua orang agen buku di Arab Saudi. Akibatnya, walaupun jutaan buku terjual, Dr Aidh sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Barangkali inilah kekeliruan terbesar dalam hidupnya, yang tidak benar-benar beliau akui.

Selain La Tahzan karya-karya beliau yang lain antaranya 30 Tips Hidup Bahagia, Berbahagialah: Tips Menggapai Kebahagiaan Dunia Akhirat, Menjadi Wanita Paling Bahagia, "Muhammad Ka annaka Tara", Bagaimana Mengakhiri Hari-Harimu dan lain-lain lagi.

Syair-syairnya

Kutanamkan di dalamnya mutiara,
hingga tiba saatnya ia dapat menyinari tanpa mentari
dan berjalan di malam hari tanpa rembulan.
Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang buatan India
Milik Allahlah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona.


Sebuah lagi bait syairnya:

Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, ditengah keagunganMu, wahai Rabbku.


Temuramah-temuramah Dengannya

Berikut temubual antara Dr Aidh Abdullah al-Qarni dengan wartawan Indonesia, Luqman Hakim Arifin semasa Dr Aidh berada di Bogor, Jawa Barat, Indonesia pada 5 Mac 2007.

Peristiwa apa yang mendorong anda menulis La Tahzan?

Dipenjara selama 10 bulan, sekitar 10 tahun lalu, itulah salah satu peristiwa yang mendorong saya menulis La Tahzan. Saya ditahan karena menerbitkan beberapa bait syair berkaitan dengan politik. Nah, selama di penjara, saya banyak membaca buku mengenai musibah dan masalah manusia, pembunuhan serta hubungan bapa dengan ibu atau anak dengan orang tua. Ini mendorong saya untuk memberikan solusi kepada mereka.

Sesedih apa anda di penjara sehingga menghasilkan La Tahzan?

Sebenarnya kesedihan bukan masalah bagi saya. Tidak banyak kesusahan selama saya di penjara. Sebab waktu itu saya ditempatkan dalam tempat khusus dan diperlakukan dengan hormat (Aidh ditahan bersama beberapa ulama Saudi yang vokal terhadap pemerintah).

Gaya penulisan La Tahzan sangat khas. Dari mana Anda mendapatkan inspirasi itu?

Saya sulit mengatakan dari mana. Saya memiliki perpustakaan pribadi yang jumlah bukunya mencapai 10.000 judul. Untuk menulis La Tahzan, saya gunakan lebih kurang 300 buku dari berbagai bahasa sebagai rujukan. Mulanya saya menulis bab per bab. Tapi, saya pikir, orang akan bosan dengan cara penulisan seperti itu. Maka, saya buat berlika-liku seperti sebuah taman, sehingga pembaca seperti berjalan di tempat yang indah.

Apakah ini gaya penulisan baru dalam khazanah perbukuan Arab?

Ya, ini metode yang baru dipakai dalam buku-buku Arab. Saya belum pernah melihat sebelumnya. Tapi ini sebenarnya metode dari Barat.

Siapa penulis Barat yang memberi inspirasi pada anda?

Dale Carnegie! Ia menulis buku tentang motivasi. Judulnya How to Stop Worrying and Start Living, yang dicetak hingga 8 juta eksemplar.

Berapa lama anda menyelesaikan La Tahzan?

Saya susun selama tiga tahun dan mengeditnya tiga kali setiap menulis satu bagian buku.

Apakah anda menduga buku ini akan laris?

Saya tidak menduga sama sekali. Ini pelajaran penting bagi banyak orang, baik penulis maupun penceramah, sepandai apa pun ia berpidato dan mengungkapkan kata-kata indah, ia harus memohon kepada Allah (yahtasib billah). Setiap kali umrah di Mekkah, saya selalu berdoa kepada Allah agar diberi kemampuan menulis sebaik-baiknya.

Berapa banyak keuntungan finansial yang Anda dapatkan dari buku yang sudah dicetak jutaan eksemplar ini?

Waktu buku itu pertama kali terbit, saya hanya mendapat sedikit, 10% dari buku itu. Sebab waktu itu buku saya banyak yang dicekal. Saya serahkan hak ciptanya kepada teman-teman pengusaha. Alhamdulillah, berkat keikhlasan itulah buku saya tambah laris.

Berarti Anda tidak mendapatkan apa-apa dari penjualan sekarang ini?

Ya, saya tidak menerima apa-apa. Banyak ulama menyarankan agar saya memperbarui kontrak buku itu. Ada semacam pelanggaran hak-hak saya. Tapi saya belum melakukan apa-apa. Saya serahkan semua kepada Allah.

Anda menyesal telah menjual hak cipta buku laris itu?

Tidak, saya bahagia. Saya orang yang kaya! Dan itu berkat doa umat Islam. Itu lebih berharga daripada harta. Selain membuat saya terkenal, yang terpenting, La Tahzan telah memberi banyak manfaat pada umat manusia.

Apakah hak cipta buku-buku lainnya Anda jual juga?

Hanya tiga-empat judul buku yang hak ciptanya saya jual. Di luar itu, hak saya.

Di Indonesia, banyak buku dicetak tanpa izin anda

Semoga Allah mengampuni mereka. Secara peribadi, saya sangat bersyukur buku saya menyebar di mana-mana, orang memanfaatkannya dan mendoakan saya. Doa lebih berharga daripada harta. Apa manfaatnya harta dan kedudukan? Di mana Soekarno dan Soeharto sekarang? Semua hanya milik Allah (Aidh tertawa).

Anda dikabarkan hendak mundur dari dunia dakwah kerana tuduhan bahawa anda khawarij, ulama penguasa, plin-plan dan oportunis

Kisah mundur dari dakwah itu tidak benar. Ceritanya, waktu itu saya menulis syair yang isinya mengatakan bahwa saya akan beristirahat beberapa bulan guna mengatur dokumen-dokumen di rumah saya. Tapi orang menafsirkan saya mundur dari dakwah. Padahal, dakwah itu tidak boleh berhenti sampai kita mati.

Jenis ulama seperti apakah anda, progresif, radikal, fundamental, atau moderat?

Saya ingatkan terlebih dahulu sebuah ayat Al-Quran, Falaa tuzakku anfusakum (Jangan menilai atau memuji diri sendiri). Saya memandang diri saya, tanpa berniat memuji, sebagai orang yang moderat. Tidak kiri, tidak kanan; tidak keras, tidak lemah. Saya ini orang moderat yang bisa mengerti semua pihak.

Apa pendapat anda soal kebebasan berekspresi?

Islamlah yang mengajak orang untuk memiliki kebebasan berekspresi. Tapi ada dua syarat dalam hal ini. Jangan sampai menghina suatu agama dan, kedua, jangan sampai merusak dan memfitnah orang lain.

Apakah pembuatan dan pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW di koran Denmark itu satu bentuk kebebasan berekspresi?

Baik ulama Islam maupun orang Barat sekalipun menganggap itu bukan bentuk kebebasan berekspresi, melainkan suatu penghinaan. Buktinya, mereka tidak mau terima ketika ada penolakan soal Holocaust.

Ataukah kasus karikatur itu bisa dilihat sebagai bentuk perbenturan peradaban?

Tidak. Ini bukan perbenturan peradaban. Itu tindakan bodoh saja. Saya banyak bertemu dengan orang Amerika, Barat. Mereka sangat hati-hati dan memperhitungkan umat Islam.

Islam selalu dikaitkan dengan isu terorisme. Apa catatan anda untuk hal ini?

Ini terjadi karena kebodohan segelintir orang Islam yang melakukan pengeboman di Gedung WTC, Amerika. Akibatnya, banyak umat Islam yang menjadi korban karena pengeboman itu. Banyak orang kafir yang menilai itu sebagai bagian dari ajaran Islam. Padahal, Islam tidak mengajarkan seperti itu! Ulama harus bangkit dan menerangkan Islam sebagai barang yang utuh dan melakukan dialog dengan Barat dan dunia di luar Islam, sehingga mereka bisa memahami Islam dengan yang sebenar-benarnya.

Jika ada orang yang sudah membaca buku Anda tapi tetap saja sedih karena persoalan hidupnya, apa saran anda?

Anda harus ingat, satu-satunya buku yang bisa memberikan solusi bagi umat manusia adalah Kitab Suci Al-Quran.

Temuramah Kedua

Berikut pula temubual Dr Aidh dengan wartawan Indonesia, Damanhuri Zuhri dan Burhanuddin Bella. di Pesta Buku Islam, Indonesia pada awal tahun 2006. Dengan diperkaya keterangan dari sejumlah sumber, Dr Aidh pun bertutur tentang buku, kegiatan dakwah dan kehidupan peribadinya.

Mengapa anda memberi judul La Tahzan (Jangan bersedih). Apa sesungguhnya yang mendorong anda memberi judul seperti itu?

Pertama, ini alasan dari Alquran. Seperti yang difirman Allah SWT: La tahzan wa laa takhof (Janganlah bersedih dan janganlah takut). Ayat ini disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW ketika bersama-sama sahabatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq memasuki Gua Tsur sebelum melakukan hijrah ke kota Yatsrib, Madinah al Munawwarah. Kedua, sesungguhnya kesedihan itu adalah penyakit alam seluruhnya. Muslim atau bukan Muslim, orang pasti mengalami kesedihan. Sedih karena sakit, sedih karena meninggal, sedih karena kesulitan hidup dan berbagai masalah. Jadi, karena alasan itulah makanya buku ini saya beri judul La Tahzan.

Anda dikenal sebagai seseorang yang banyak menulis dan membaca buku. Sebenarnya, apa pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk praktis supaya lebih mudah dalam mendapatkan ilmu?

Kaedah pertama seseorang yang menuntut ilmu bagi kaum Muslimin untuk mendapatkan ilmu adalah ikhlasun niat lillahi ta'ala. Karena dengan niat yang ikhlas, Allah akan membuka hati seorang Muslim. Kedua, kita mempelajari ilmu secara bertahap, berjenjang, tabarruj. Jangan kita langsung kepada masalah-masalah besar nanti kita tidak bisa menguasai. Ketiga, hendaklah kita membaca. Tapi, membaca saja tidak cukup kita ambil ilmunya dari para masyarih (yang menguasai masalah). Orang-orang berilmu yang mengerti masalah, sehingga ilmu kita kalau dari buku saja bisa saja pemahaman kita salah. Tapi, ketika kita membahasnya dengan orang-orang yang mengerti, insya Allah, pemahaman kita akan lebih mantap dan ilmu kita akan lebih lurus.

Keempat, ketika kita sudah mengetahui satu masalah tentang ilmu kita, amalkan. Jangan hanya dijadikan teori hingga akhirnya ilmu kita tidak berkah. Sebagaimana orang Yahudi dalam Alquran waktu mereka membatalkan janji-janji kepada nenek moyang mereka itu yang membuat hati mereka sesat dan menjadi batu. Ini i'tibar bagi kita sekalian. Kelima, kalau kita sudah punya ilmu dan paham benar maka ajarkan kepada orang lain. Jangan disimpan untuk diri sendiri. Berikan ilmu kita kepada orang lain sehingga banyak manfaatnya untuk masyarakat menjadi amal saleh bagi kita.

Aktiviti Al Qarni boleh dibilang tidak jauh dari kegiatan membaca dan menulis. Bahkan, ketika masih mendekam dalam penjara, dua aktiviti inilah yang membuatnya sibuk. Menimba ilmu adalah hal utama bagi beliau yang mendalami ilmu syariah dan dakwah.

Selama 25 tahun, beliau mengharungi dunia dakwah. Kaset-kaset ceramahnya telah beredar dan berkumandang di sejumlah masjid, yayasan, universiti dan sekolah di berbagai belahan dunia. Kitab-kitab karyanya yang berjumlah lebih dari 70 buah itu telah pula diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Maka, ketika terbetik khabar beliau akan mengundurkan diri dari dunia dakwah, banyak orang yang terkejut dan bertanya-tanya, ''Apakah ini keputusan terakhir sang tokoh?''

Ada informasi bahawa anda akan mengundurkan dari kegiatan dakwah. Apa benar?

Saya memang pernah menulis 70 bait dalam bahasa Arab. Dalam salah satu bait tersebut ada yang sempat disalahpahami oleh media massa bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Media massa di Arab Saudi menafsirkan sendiri yang kemudian dikutip oleh berbagai media massa di beberapa negara bahwa saya akan berhenti dalam berdakwah. Padahal sebenarnya tidak begitu. Dakwah itu kewajiban syar'i seorang Muslim sejak dia mampu sampai meninggal. Ini seperti firman Allah SWT: Hatta ya'tiyakal yaqinu (Sampai maut menjemputmu, red). Jadi, saya tidak akan meninggalkan dakwah. Dakwah akan saya laksanakan seumur hidup saya sampai saya meninggal.

Berkembangnya berita rencana pengunduran anda dari dunia dakwah dipicu adanya tudingan bahwa masjid yang selama ini digunakan sebagai sarana dakwah dianggap sebagai tempat sarang teroris. Bagaimana menurut anda?

Saya pribadi tidak pernah mengungkapkan masalah ini. Saya pikir ini adalah semacam fitnah dari orientalis, dari orang-orang yang tak suka dakwah berkembang pesat. Mereka berusaha untuk memecah belah umat Islam. Selama ini, alhamdulillah, masjid-masjid kita sebagai markas dakwah, markas orang-orang untuk menuntut ilmu, tempat melaksanakan ibadah, tempat melaksanakan ajaran Islam dengan baik kondisinya sangat bagus. Jadi, kita harus mewaspadai tipu daya dan fitnah yang dilakukan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam, yang ingin terus berupaya memecah belah umat Islam.

Dunia dakwah sudah menjadi bahagian dari hidup anda. Sebenarnya, apa saja bekal yang harus dipersiapkan demi dakwah?

Seperti mobil yang tidak bisa berjalan kalau tidak ada bahan bakarnya, maka dai perlu bahan bakar supaya dia bisa bergerak di dalam dakwah. Apa bahan bakar kita? Yaitu, tegakkanlah shalat, banyak bersedekah, banyak berdoa, banyak membaca Alquran, banyak zikrullah. Shalat, sedekah, doa, baca Alquran, zikrullah adalah bekal seorang dai. Bagaimana dia bisa berjalan kalau tidak menjalankan ini. Apakah kamu mengajak orang kepada al birri wat taqwa tapi engkau melupakan dirimu sendiri?

Apa pandangan anda terhadap penghinaan Rasulullah SAW yang dilakukan media Barat, sehingga menimbulkan reaksi demonstasi di berbagai belahan dunia Muslim?

Demonstrasi untuk membela hak-hak kaum Muslimin dan penghormatan terhadap simbol-simbol Islam seperti yang kita lihat dilakukan Denmark kepada Rasulullah s.a.w. ketika dilakukan dengan baik adalah sesuatu yang patut disyukuri. Saya bersyukur kepada dunia Islam atas sikap mereka yang baik untuk membela Islam. Tapi, saya menyayangkan kalau demonstrasi bersifat anarkis, merusak, membakar, dan menghancurkan. Islam tidak mengajarkan begitu. Dan saya melihat Anda sekalian saudara-saudaraku di Indonesia berdemonstrasi dengan baik dan sangat tertib seperti yang saya lihat di televisi dan insya Allah itu menjadi demonstrasi yang dapat dicontoh dengan baik oleh masyarakat dunia Islam. Saya sebagai dai dan seorang Muslim bersyukur atas aktivitas yang baik yang dilaksanakan itu.

Selama berada di Indonesia, Al Qarni sempat beristirahat selama dua hari di kawasan Puncak, Jawa Barat. ''Dia sangat kagum dengan air terjun dan pepohonan. Biasanya, setelah menyaksikan air terjun dan pohon-pohon, dia merenung. Kalau sudah begitu, dia tidak mau diganggu,'' tutur Anis Mas Tuhin, chief editor Qisthi Press, yang selalu menemani Aidh Al Qarni. Qisthi Press adalah pemilik hak cipta untuk menerbitkan buku La Tahzan versi bahasa Indonesia.

Saat berada di Puncak, kata Anis, Al Qarni tampak mengagumi pemandangan yang dipenuhi banyak gunung. Dia biasanya menatap pemandangan sambil menulis catatan. Kerap makan nasi kebuli, tidak jarang Anis melihat Al Qarni hanya memesan roti. ''Dia paling senang buah-buah Indonesia, seperti pisang,'' tuturnya. Anis menangkap kesan, Aidh Al Qarni adalah seorang moderat dan terbuka. Al Qarni, disebutnya, sangat responsif terhadap orang-orang yang menemuinya. ''Orangnya ramah,'' Anis menuturkan. Terhadap bencana beruntun yang menimpa bangsa Indonesia, Al Qarni, kata Anis, berpesan kepada umat Islam Indonesia,''Jangan bersedih. Insya Allah ada jalan keluar.''

Bagaimana latar belakang keluarga anda?

Orang tua saya seorang tokoh masyarakat di daerah saya. Saya berasal dari keluarga ulama. Sejak kecil ayah sudah membawa saya ke masjid untuk shalat berjamaah. Saya juga sudah terbiasa dengan bacaan sejak kecil. Tampaknya saya dididik menjadi pejuang dakwah. Ayah selalu membelikan buku bacaan untuk saya.

Ada berapa anggota keluarga anda?

Anak saya enam, dari dua istri. Saat bersama keluarga, biasanya saya isi dengan bermain bola bersama anak-anak. Saya selalu menyediakan waktu khusus untuk keluarga.

Bagaimana anda mendidik anak-anak, apakah mereka diarahkan seperti anda menjadi penulis?

Saya tidak mengarahkan anak-anak saya seperti diri saya. Saya serahkan anak-anak menentukan masa depan mereka sendiri. Terserah mau jadi apa nantinya. Itu tergantung mereka sendiri. Yang saya selalu tekankan adalah pendidikan agama, terutama menyangkut akhlak dan moral.

Biasanya, nama Aidh itu dipakai oleh orang-orang Yaman atau khadhari. Apakah ada termasuk keturunan Yaman?

Datuk-datuk saya dari Al-Anshari di Yaman. Jadi, saya keturunan Yaman. Ini untuk perkenalan saja. Kalau khadhari, mereka mempunyai jasa yang besar, mereka kebanyakan pedagang-pedagang yang sukses dalam usaha mereka baik di bidang dakwah. Mereka menjadi dai, ahli ilmu yang sangat banyak jasanya bagi Islam khususnya di Indonesia.

Bagaimana anda mengisi waktu luang?

Tiap sore saya selalu menyiapkan waktu untuk keluarga selama 2-3 jam. Tiap Jumat saya libur total, kecuali kegiatan dakwah. Di luar itu, pagi saya membaca di perpustakaan. Usai solat Zuhur saya menulis, 4-5 halaman. Habis Maghrib biasanya saya berdakwah. Saya mengisi acara dakwah di televisyen (Arab Saudi). Kegiatan dakwah ini biasa juga dimulai selesai Ashar hingga Isyak. Saya mengisi acara dialog interaktif di televisyen.

Adora Svitak, Penulis Cilik: Karya Sulung di Usia 7 Tahun

Hari masih pagi ketika Adora Svitak meninggalkan rumah bersama ibunya untuk ke sekolah.

Pagi itu, Adora bersemangat kerana akan menghadiri kelas puisi - subjek yang sangat digemarinya.

Namun, budak perempuan berusia 11 tahun itu sebenarnya bukanlah pelajar, sebaliknya seorang guru.

Dianggap sebagai pakar kesusasteraan cilik, bakat dimiliki Adora dianggap sangat hebat.

Dia mula mengajar kesusasteraan ketika baru berusia tujuh tahun dan pada masa sama, karya sulungnya, Flying Fingers, diterbitkan di seluruh dunia.

Buku itu mengandungi koleksi cerita pendek bersama rahsia menulis yang baik untuk sesiapa yang ingin mempelajari kaedah digunakannya.

Buku kedua Adora, Dancing Fingers adalah koleksi puisi bersama dengan kakaknya dan diterbitkan tahun lalu.

Ketika ini, Adora sibuk menyiapkan empat lagi karya baru.

Menurut Adora, genre kegemarannya adalah cerita fiksyen sejarah dan fantasi.

Justeru, minatnya terhadap tulisan J K Rowling (penulis cerita Harry Potter) dan Charles Dickens dapat difahami.

Cuma, kata Adora, kadang-kadang ayat digunakan kedua-dua penulis itu agak berbelit.

Proses penghasilan karya Adora juga menarik. Dia mampu menaip di antara 80 hingga 112 perkataan seminit, membaca dua hingga tiga buku sehari dan menulis kira-kira 330,000 perkataan setahun.

Baginya, dia melihat dirinya sebagai seorang ‘pendidik, penyair dan pencinta kemanusiaan’, tetapi bagi orang lain, Adora seorang budak berfikiran dewasa.

Dia tidak pernah menduduki ujian IQ kerana baginya, ia tidak perlu.

“Ia bukan satu-satunya cara terbaik untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam kesusasteraan,” katanya.

Adora mula boleh membaca ketika baru berusia tiga tahun. Ketika itu, katanya, dia menyangka semua budak seusianya mempunyai minat sama - membaca.

Sebaliknya, kata Adora, tidak semua orang gemar menghabiskan masa dengan membaca.

Justeru, kata ibunya, Jouce, Adora berusaha memanfaatkan kemampuannya untuk menanamkan kecintaan tabiat membaca di kalangan orang lain.

Sehingga kini, Adora menjadi pengajar tamu di lebih 300 kelas di seluruh dunia, termasuk China, Hong Kong, Vietnam dan United Kingdom.

Digelar Dora the Explorer, selalunya syarahan Adora dimulakan dengan menceritakan pengalaman bagaimana dia mula membaca dan menulis kepada kanak-kanak lain.

Di rumah mereka di Redmond, Washington, ruang bawah kediaman itu diubah suai menjadi studio televisyen untuk membolehkan Adora mengadakan sidang video harian.

Melalui kaedah itu, dia memberikan syarahan mengenai penulisan kepada sesiapa saja yang berminat, termasuk orang dewasa dan guru dengan kadar bayaran AS$300 bagi setiap sesi selama 50 minit.

Disebabkan bakatnya besar, Adora turut menjadi perhatian dunia korporat.

Untuk muncul dalam sesuatu syarahan kepada pendidik dan ahli perniagaan, Adora boleh memperoleh bayaran sehingga AS$10,000 bagi menjelaskan bagaimana teknologi memberi kesan kepada proses kreativiti seseorang.

Baru-baru ini, dia diupah Microsoft untuk menjelaskan kaedah penggunaan komputer dalam pendidikan.

Melihat bagaimana Adora berkongsi pengalamannya, amat sukar untuk sesiapa pun untuk tidak mengagumi kemampuan budak perempuan itu.

“Ketika kecil, saya mengharapkan galakan,” katanya pada satu ketika.

Adakah Adora terlupa bahawa dia masih budak?

Tidak.

Kata Adora, apabila dia merujuk kepada zaman kanak-kanaknya, ia adalah tempoh dia baru berusia di antara dua hingga sembilan tahun.

“Walaupun berasa semakin dewasa, saya sedar saya masih budak,” katanya.

Baru-baru ini, Adora mengambil ujian untuk mengetahui usia seseorang secara online.

Hasil ujian itu, katanya, dia dianggap berusia 50 atau 60 tahun.


“Kadang-kadang keluarga saya bergurau dengan mendakwa saya orang tua yang kebetulan berusia 11 tahun,” katanya.

Mungkin gurauan keluarga Adora ada benarnya, tetapi pada masa sama, mereka turut menyumbang kepada kebolehan luar biasa budak itu.

Bapa Adora, John, memiliki ijazah doktor falsafah dalam bidang fizik, selain jurutera perisian komputer.

Anak sulungnya, Adrianna, 13, pemuzik pintar semula jadi.

Joyce dibesarkan di China ketika negara itu mengalami Revolusi Kebudayaan.

Disebabkan kerajaan ketika itu menghalang seseorang memiliki buku, ibu bapa Joyce memberi pendidikan tidak formal di rumah mereka.

Kata Joyce, dia banyak dipengaruhi pembelajaran zaman kecilnya.

“Saya bercerita kepada anak-anak bagaimana sukarnya kami ketika itu kerana tidak memiliki makanan atau buku mencukupi,” katanya.

Bagaimanapun, Joyce tidak menganggap dia bertanggungjawab membentuk Adora menjadi budak luar biasa.

“Kejayaan Adora kerana kesungguhan dan dedikasinya,” katanya.

Di tanya sama ada mereka adalah pasangan ibu bapa yang tegas mendidik anak-anak, Joyce berkata, keadaan sebenar adalah sebaliknya.

“Kami tidak mendesak Adora, sebaliknya dia sendiri memberikan apa yang terbaik untuk dirinya.

“Jika ada program keesokan hari, dia berjaga sehingga tengah malam untuk membuat persediaan dan sayalah yang mendesaknya berehat,” katanya.

Bagi Adora pula, dia tidak menganggap rutin hariannya sebagai beban.

“Ia sangat menyeronokkan,” katanya.

Selain membuat persediaan untuk mengajar, Adora gemar menonton berita di ketiga-tiga saluran televisyen, iaitu ABC, NBC dan CBS.

Ketika ada kelapangan, Adora menghabiskan masa beriadah, seperti bermain kasut roda, ski, memasak atau makan keju.

“Saya juga bermain sorok-sorok,” katanya.

Sebagai budak, adakah Adora mengalami sebarang kebimbangan?

“Ya, ekonomi dunia adalah satu daripada isu membimbangkan saya,” katanya.

Selain itu, katanya, masalah pemanasan global, kolera di Zimbabwe dan kebuluran dunia turut mencetuskan kekhuatiran.

“Namun, selalunya saya mengelak melayan kebimbangan itu kerana masa sepatutnya digunakan dengan aktiviti lebih berfaedah,” katanya.

Dipetik dari:
http://asyzsufi.multiply.com/journal/item/69/Penulis_Cilik_Karya_Sulung_di_Usia_7_Tahun