Sabtu, Februari 09, 2008

Chrisye (1949-2007): Ketika Tangan dan Kaki Berkata









Akan datang hari

Mulut dikunci

Kata tak ada lagi

Akan tiba masa

Tak ada suara

Dari mulut kita

Berkata tangan kita

Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita

Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita

Bila harinya

Tanggungjawab tiba

Itulah sebahagian bait lagu dari salah satu untaian nada almarhum Chrisye, Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Sungguh sangat dalam maknanya. Pantas kalau Chrisye dalam pengakuannya mengatakan bahwa lagu ini merupakan salah satu lagu yang membuat dia berkali-kali mengulanginya untuk bisa menyelesaikan bait-bait lagu itu. Cucuran airmata Chrisye mengganggunya untuk menyelesaikan bait-demi bait, membuat dia ‘complain’ dan mengadu pada Taufik Ismail sang penggubah lagu.

Lagu itu juga dijadikan sebagai lagu tema untuk sinetron Jalan Lain Ke Sana lakonan Sahrul Gunawan. Memang tepat lagu itu dijadikan sebagai lagu tema untuk sinetron itu.

Pantas kalau Chrisye dalam pengakuannya mengatakan bahwa lagu ini merupakan salah satu lagu yang membuat dia berkali-kali mengulanginya untuk bisa menyelesaikan bait-bait lagu itu. Cucuran airmata Chrisye mengganggunya untuk menyelesaikan bait-demi bait, membuat dia ‘complain’ dan mengadu pada Taufik Ismail sang penggubah lagu.

Pantas sangat dalam, selain karena di gubah oleh seorang sastrawan yang tidak diragukan kafabilitasnya, lagu ini di adopsi Taufik dari untaian kata ‘Sang Maha Pujangga’ dalam Surat Yasin.

Paduan antara Chrisye sang legenda lagu-lagu melankolis dan Taufik sang sastrawan, membuat lahirnya sebuah lagu yang syahdu yang bisa membuat diri merinding dan sadar akan tanggung jawab di akhirat kelak.

Chrisye adalah seorang pelantun musik yang mendasarkan karirnya pada cinta. Kecintaannya pada bermain musik membuat dia perang bathin ketika ayahnya menginginkan dia untuk jadi diri yang lain, bukan pemusik. Dilema Chrisye antara menghormati keinginan sang ayah dan kecintaannya kepada musik membuat dia jatuh sakit. Untung sang ayah adalah orang yang bijak, yang mengerti kemauan anaknya yang punya semangat baja untuk berkarir dalam jalur musik. Dan Chrisye tidak salah…

Sampai sekarang, sejarah, khususnya orang-orang Indonesia, mencatat Chrisye sebagai seorang legenda. Suara khasnya, lirik-lirik lagunya, ‘kelebihannya’ yang tidak bisa berjoged ketika bernyanyi, tak mudah dilupakan orang.

Bait lagu diatas dan bagaimana Chrisye menyanyikannya merupakan salah satu bukti totalitasnya dalam bermusik. Meresapi makna-makna yang terkandung di dalamnya sambil mendengarkan suara khasnya dipentas layar dunia ‘youtube’ dikeheningan malam akan membuat pendengarnya larut. Larut dalam pengembaraan spiritualitas menatap masa dimana ‘kaki dan tangan bicara’ untuk mempertanggungjawabkan jalan kehidupan yang dilaluinya.

Mudah-mudahan lantunan Chrisye bisa mengalirkan pahala bagi sang ‘muallaf’ diakhirat sana, Amin. Bukankah Nabi pernah mengatakan ‘man sanna sunatan hasanatan falahu ajruha waajru man amila ba’dah’ (barangsiapa meretaskan jalan kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala dari pekerjaannya dan juga mendapatkan pahala orang-orang yang mengikutinya). Sebutir keinsyafan dari seorang anak manusia karena mendengarkan lagu itu, mudah-mudahan menjadi ibadah bagi sang legenda. Semoga…!

Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi atau yang akrab dipanggil dengan Chrisye (1949-2007) di majalah sastra Horison.

Krismansyah Rahadi (1949-2007): Ketika Mulut, Tak Lagi Berkata
Oleh: Taufiq Ismail

Di tahun 1997, saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punyasebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas… Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?"

Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan.

Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.

Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim."Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.

Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan."

Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.

Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.

Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal,

2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan.

Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi.Menangis lagi. Yanti (istri Chrisye) sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa takberdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.

"Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq.

Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai.

Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah

karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalamanbatin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna pengadilan hari akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis, menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.

Chrisye terkejut. " Kenapa Bang, kurang?"

Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisyesenang, saya pun senang.

Pada subuh hari Jumaat, 30 Mac 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat.

Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.

Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

Hayatilah lagu ini dengan sebenar-benarnya...



Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lagu: Chrisye

Lirik: Taufiq Ismail

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Dijalan cahaya
Sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
Hamba-Mu yang hina
(1997)

Sumber:
http://undzurilaina.blogspot.com/2008/01/ketika-tangan-dan-kaki.html
http://halliva.wordpress.com/2007/11/29/ketika-kaki-dan-tangan-bicara

Tentang Chrisye dan sekitar hari kematiannya:
http://forum-arsip1.swaramuslim.net/more.php?id=4123_0_2_0_M

Lihat juga:
http://filemislam.blogspot.com/2008/02/ketika-tangan-dan-kaki-berkata-chrisye.html